Friday, August 26, 2011

Syekh Yusuf Tuanta Salamaka

Makam Syekh Ini Ada Lima

Cerita sejarah yang berbeda-beda dengan keyakinan yang berbeda pula membuat keberadaan makam Syekh ini dipertanyakan. Bagaimana tidak? Makam Syekh ini ada lima di berbeda tempat bahkan hingga ke luar negeri. Dia adalah Syekh Yusuf Tuanta Salamaka yang terkenal sebagai wali, ulama sufi yang berhasil dalam menyebarkan agama Islam hingga daratan Afrika. Di negeri tersebut pula, dikabarkan bahwa Syekh Yusuf telah menghembuskan nafas terakhirnya. Putra kelahiran Sulawesi Selatan itu berada di Afrika karena diasingkan oleh pemerintah kompeni di Batavia.
Satu makam berada di Afrika Selatan, sementara ada juga di Makassar yang menurut sang juru kunci makam meyakini bahwa disitulah beliau telah meninggal yang tepatnya pada 23 Mei 1699 di usianya 73 tahun. Berdasarkan dari catatan juru kunci makam, berita meninggalnya Syekh Yusuf beredar luas, termasuk ke tanah Goa (sekarang Gowa). Pihak kerajaan dan bangsawan Gowa pun memulangkan jenazah wali Allah tersebut.
Juru Kunci menambahkan bahwa proses pemulangan jenazah sempat terhalang karena tidak diizinkan oleh pemerintah Kompeni. “Masih ada ketakutan dari penjajah akan munculnya semangat perlawanan dari Nusantara jika dipulangkan,” ujar Rahmat, sang juru kunci makam Syekh Yusuf. Akhirnya, jenazah bisa dipulangkan setelah Raja Gowa, Sultan Abdul Jalil berhasil melakukan negosiasi dengan pemerintah Kompeni. Namun, keberhasilan tersebut didapat setelah enam tahun kemudian setelah Syekh Yusuf meninggal. Itupun, konon ada syarat yang harus dipenuhi yakni yang bisa kembali ke Nusantara adalah anak-anaknya yang berusia lima tahun ke bawah.
Dalam perjalanan pulang itulah, jenazah Syekh Yusuf sempat disinggahkan di beberapa tempat, seperti Sri Lanka, Banten, Sumenep (Madura), terakhir di Makassar. Daerah-daerah itu dikenal banyak tinggal murid dan pengikut tarekat Khalwatiyah. “Di setiap daerah yang disinggahi, maka para pengikut dan murid berinisiatif membuat makam sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan. Makanya makam Syekh Yusuf itu diyakini di beberapa tempat,” jelas Rahmat.
Ia juga meyakinkan, bahwa jasad yang asli itu berada di Makassar. Sedangkan makam di Sri Lanka, itu berupa jubah dan sorban, di Banten, yang dimakamkan adalah tasbih, dan makam di Sumenep, juga berupa jubah dan sorban. “Kalau di Afrika itu ditegaskan sebagai makam awalnya sebelum dipindahkan ke Makassar,” tambahnya. Sebagai pelabuhan terakhir, Syekh Yusuf kini dimakamkan di Lakiung, atau saat ini lebih dikenal dengan Ko’bang, yang berada di Jalan Syekh Yusuf, perbatasan Gowa dan Makassar.
Saat ini, makam wali besar Sulawesi Selatan ini sungguh sangat dihormati, dihargai, dan dijaga keberadaanya. Setiap harinya, makam tersebut ramai dikunjungi masyarakat, yang berasal dari penjuru dunia. Menurut Rahmat, pengunjung pada hari normal, tidak kurang dari 20 orang setiap harinya. “Tapi setelah lebaran Idul Fitri dan Idul Adha, para pengunjung paling ramai. Pernah mencapai lebih dari 1000 orang,” kata dia. Kedatangan warga tersebut adalah untuk berziarah, semata-mata mengharap keramat dari almarhum Syekh Yusuf. Apalagi jika mereka meniatkan sesuatu serta ada keinginan dan harapan yang tercapai, seperti nazar.
Dalam sejarahnya, Syekh Yusuf merupakan pendiri ajaran tarekat khalwatiyah. Kemudian, Syekh Yusuf juga berhasil mendapat dua penghargaan sebagai pahlawan nasional dari Indonesia pada 9 November 1996 dan dari pemerintah Afrika Selatan pada 23 September 2005. “Afrika Selatan memang sangat berterima kasih pada Syekh Yusuf karena ajaran Islam di sana yang tidak membedakan warna kulit. Dia di sana bahkan digelar As-salam,” kata dia lagi.
Makam Syekh Yusuf berada dalam sebuah kompleks. Untuk menandai makam tersebut, dibangun sebuah kubah, dikenal dengan Ko’bang, berukuran 11 x 11 meter persegi. Dalam kubah tersebut terdapat 11 makam termasuk Syekh Yusuf. Sedangkan lainnya adalah istri dari Sultan Gowa, I Sitti Daeng Nisanga, yang berada di sisi kiri dan Raja Gowa, Sultan Abdul Jalil, yang berperan besar memulangkan jenazah Syekh Yusuf. Sembilan makam lainnya adalah pengikut dan kerabat dari Syekh Yusuf, yang masing-masing bernama Mappadulung Daeng Mattimung, Karaengta Panaikang, Syekh Abd. Basyir, Tuang Loeta, I Lakiung, Tanri Daeng, Tanri Uleng, Tanri Abang dan Daeng Ritasammeng

Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad


Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad

Riwayat Singkat Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad (ABAH SEPUH)
  1. Lahir sekitar tahun1836 di Kampung Cicalung, Desa Bojongbentang Kecamatan Pagarageung, Kabupaten Tasikmalaya.
  2. Ayahnya bernama Rd. Nur Muhammad alias Nurpraja alias Eyang Upas. Ibunya bernama Ny. Emah
  3. Mengikuti pendidikan agama pertama kali di Pesantren Sukamiskin (Kabupaten Bandung). Setelah mendirikan Pesantren Tundangan dekat Kota Tasikmalaya kemudian melanjutkan menambah ilmu, yaitu memperdalam ilmu Tasawuf dan Tariqah kepada Syekh Tolhah di Begong, Kalisapu dan Trusmi di Cirebon selama 23 tahun.
  4. Berkunjung ke Syekh Kholil di Madura sambil menambah ilmu atas anjuran syekh Tolhah.
  5. Mendirikan pesantren Godebag yang kemudian diganti menjadi nama Suryalaya tahun 1905 atas saran Syekh Tolhah.
  6. Diangkat sebagai Wakil Syekh Tolhah kalisapu Cirebon, kemudian ditetapkan sebagai penggantinya sekitar tahun 1900. Pelantikan dilaksanakan di rumah Syekh Tolhah di Trusmi (dekat dengan Pangeran Trusmi putera Sunan Gunungjati).
  7. Tahun 1935 Syekh Mubarok secara definitif sebagai Khalifah TQN di Jawa Barat berkedudukan di Suryalaya-Tasikmalaya
  8. Beberapa kali pergi Haji dan pernah bermukim di Mekah sekalipun tidak lama.
  9. Memilki keahlian dalam bidang pertanian, pengarian dan perkikanan di luar ilmu agama. Irigasi pedesaan sepanjang 2 km berhasil dibangun.
  10. Menjadi guru, pembimbing dan penasehat Bupati Tasikmalaya, Ciamis dan Bandung tahun 1910 hingga tahun 1930 serta para pejabat tinggi pemerintah dan perwira TNI pada masa perang kemerdekaan 1945-1949 dan berlanjut hingga tahun 1956.
  11. Berhasil mengusahakan pembuburan Negara Pesundan dan Republik Indonesia serikat tahun 1950 serta mengembalikan Pemerintah Propinsi Jawa Barat Republik Indonesia dengan dipimpin Gubernur Sewaka.
AMALAN WALI ALLAH
AMALAN WALI ALLAH MURSYID KAMMIL MUKAMMIL
“SYEIKH ABDULLOH MUBAROK BIN NUR MUHAMMAD”

Wirid sehari-hari sholat Rawatib dan sholat sunat lainnya yang di amalkan Wali Allah Syeikh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh)/Alm.) di Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Beliau begitu luas ilmunya, baik budi pekertinya, sederhana hidupnya dan sangat tekun ibadahnya, diantaranya :
  1. Setiap akan sholat fardlu, beliau selalu sholat Rawatib, yaitu sholat sunat yang mengikuti sholat fardlu lima waktu. Banyaknya ada yang 4 raka’at dan ada pula yang 2 roka’at. Kecuali sholat Ashar dan Shubuh tidak ada ba’diyahnya. Sebelum sholat Rawatib jika masuk masjid, sholat sunat tahiyatul masjid dahulu. Kecuali kalau sholat sunatnya di rumah / di madrasah, beliau selalu sholat Syukrul Wudlu.
  2. Sesudah terbit matahari satu jengkal tingginya kurang lebih jam 06.00 WIB (isyroq), beliau melaksanakan sholat Isyroq, sholat Isti’adzah dan sholat Istikhoroh.
  3. Dari mulai naik matahari kurang lebih pukul 07.00, sembahyang Dhuha yang waktunya sampai pukul 11.00 sebanyak 8 rokaat.
  4. Wirid ba’da maghrib :
    1. Selesai sholat fardlu Maghrib terus awrad (wirid) dzikir Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah sedikitnya 165 kali.
    2. Dilanjutkan dengan wirid Khotaman Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah (setiap malam hari). Lihat kitab “Uquudul jumaan”
    3. Dan kemudian sholat sunat sampai waktu ‘Isya tiba.
Sholat-sholat sunnat antara Maghrib – Isya :
  • § Shalat sunnat ba’da Maghrib…………………………………………..dua raka’at
  • § Shalat sunnat Awwabin (khusus awwabin saja)……. ………….. dua raka’at
  • § Shalat sunnat Awwabin serta Hifdhil Iman………………………. dua raka’at
  • § Shalat sunnat Awwabin serta Istikharah…………………………. dua raka’at
  • § Shalat sunnat Hajat…………………………………………………….. dua raka’at
  • § Shalat sunnat Birrulwaalidaini……………………………………… dua raka’at
  • § Shalat sunnat Halala-Hajati (Saefi)………………………………… dua raka’at
  • § Shalat sunnat Lidafil Bala’i…………………………………………… dua raka’at
  • § Shalat sunnat Ikhlas…………………………………………………… dua raka’at
  • § Shalat sunnat Muthlaq……………………………………………….. dua raka’at
5. Melaksanakan Sholat-sholat sunat di malam hari (Qiyamul Lail):
a.Sholat Tahiyatul masjid kalau masuk masjid dan Syukrul Wudlu, kalau belum kering anggota wudlu dari air wudlunya.
b.Sholat Hajat, karena sholat tersebut lebih baik dilaksanakan pada waktu larut malam.
c.Sholat Tahajjud, sholat utama yang paling utama di malam hari setelah sholat fardlu.
d.Sholat Tasbih, kegiatan sholat malam yang sangat di anjurkan Nabi saw.
e.Sholat witir
d.Dzikir sebanyak-banyaknya paling sedikit 165, sampai terbit fajar.
  1. Riyadloh
    1. 40 malam mandi 40x tiap-tiap malam
    2. 40 melek / tidak tidur
    3. 40 hari berpuasa
    4. 40 hari tidak makan nasi
    5. 40 hari tidak makan garam
    6. 40 hari tidak minum
    7. Dan lain-lain
WASIAT WALI ALLAH
(TANBIH)
WALI ALLAH MURSYID KAMMIL MUKAMMIL
“SYEKH ABDULLOH MUBAROK BIN NUR MUHAMMAD”
TANBIH ini dari Syaekhuna Almarhum Syekh ABDULLAH MUBAROK bin Nur Muhammad yang bersemayam di Patapan Suryalaya Kejembaran Rahmaniyah.
Sabda beliau kepada khususnya segenap murid-murid pria maupun waita, tua maupun muda:
“Semoga ada dalam kebahagiaan, dikarunia Allah SWT kebahagiaan yang kekal dan abadi dan semoga tak akan timbul keretakan dalam lingkungan kita sekalian.
Pun pula semoga Pimpinan Negara bertambah kemudian dan keagungannya supaya dapat melindungi dan membimbing seluruh rakyat dalam keadaan aman, adil, dan makmur dhohir maupun  bathin.
Pun kami tempat orang bertanya tentang  Thoreqat Qoodiriyyah Naqsyabandiyah, menghaturkan dengan  tulus ikhlas, wasiat kepada segenap murid-murid; berhati-hatilah dalam segala hal, jangan sampai berbuat yang berhalangan dengan Peraturan AGAMA dan NEGARA.
Taatilah kedua-duanya tadi sepantasnya, demikianlah sikap manusia yang tetap dalam keimanan, tegasnya dapat mewujudkan kerelaan terhadap hadirat Ilahi Robbi yang membuktikan perintah dalam AGAMA maupun NEGARA.
Insyaflah hai murid-murid sekalian , janganlah erpaut oleh bujuan nafsu, terpengaruh oleh godaan syetan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah AGAMA maupun NEGARA, agar dapat meneliti diri, kalau-kalau tertarik oleh bisikan iblis selalu menyelinap dalam hati sanubari kita semua.
Lebih baik buktikanlah kebajikan yang timbul dari kesucian:
1. Terhadap  orang-orang yang lebih tinggi dari pada kita, baik dhohir maupun bathin, harus kita hormati, beitulah seharusnya hidup rukun, saling harga menghargai.
2. Terhadap  sesame yang sederajat dengan kita dalam segala-galanya, jangan sampai terjadi persengketaan, sebaliknya harus bersikap rendah hati, bergotong royong dalam melaksanakan perintah AGAMA dan NEGARA. Kalau tidak, kita terkena firmanNya “ADZABUN ALIM”, yang berarti duka nestapa untuk sela-lamanya dari DUNIA sampai AKHIRAT (badan susah, hati susah)
3. Terhadap orang-orang yang keadaanya dibawah kita, janganlah  hendak menghinanya atau berbuat tidak senonoh bersikap angkuh, sebaliknya harus belas kasihan dengan kesadaran, agar mereka merasa senantiasa dan gembira hatinya, sebaliknya harus dituntun dibimbing dengan nasihat yang lemah lembut yang akan memberi keinsyafan dalam menginjak jalan kebaikan
4. terhadap fakir miskin, harus kasih saying, ramah tamah serta bermanis bui, bersikap murah tanga, mencerminkan bahwa hati sadar. Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya jika dalam keadaan kekurangan, oleh karena itu janganlah acuh tak acuh, hanya diri sendirilah yang senang, karena mereka jadi fakir miskin itu bukannya kehendak sendiri, namun itulah kudrat Tuhan.
Demikian sesungguhnya sikap manusia yang penuh kesadaran meskipun terhadap orang Asing karena mereka itu masih keturunan Nabi Adam as mengingat Ayat 70 Surat Isro yang artinya:
Sangat Kami  muliakan Adam dan Kami sebarkan segala yang berada di darat dan di lautan, juga, Kami mengutamakan mereka lebih utama dari makhluk lainnya.
Kesimpulan dari ayat ini bahwa kita sekalian seharusnya saling harga-mengharagi, jangan timbul kekecewaan, mengingat Suart Al-Ma’ida, yang artinya:
Hendaklah tolong-menolong dengan sesame dalam melaksanakan kebajikan dan ketaqwaan dnegan sungguh-sungguh terhadap Agama dan Negara, sebaliknya janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permukaan terhadap perintah Agama maupun Negara.
Adapun soal keagamaan, itu terserah agamanya masing-masing, mengingat Suart Al-Kafirun ayat 6 : AGAMAMU UNTUK KAMU, AGAMAKU UNTUK AKU, maksudnya janganlah terjadi perselisihan, wajiblah kita hidup rukun dan damai, saling harga-menghargai, tetapi janganlah sekali-kali ikut campur.
Cobalah renungkan pepatah leluhur kita: Hendaklah kita bersikap budiman, tertib dan damai, andaikan kita sudah demikian, asti: “Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna,” karena yang menyebabkan penderitaan diri pribadi  itu adalah  akibat dari amal perbuatan diri sendiri.
Dalam Surat An-Nahl Ayat 112 diterangkan bahwa:
Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan beberapa contoh, yakni tempat maupun kampong, desa maupun Negara yang dahulunya aman dan tenteram, gemah ripah loh jinawi, namun penduduknya (penghuninya) mengingkari nikmat-nikmat Illah, maka lalu berkecamuklah bencana kelaparan, penderitaan dan ketakutan yang disebabkan sikap dan perbuatan mereka sendiri.
Oleh karena demikian,  hendaklah segenap murid-murid bertindak teliti dalam segala hal yang ditempuh, guna kebaikan dhohir –bathin, dunia maupun akhirat, supaya hati tenteram, jasad nyaman, jangan sekali-kali timbul persengketaan, tidak lain tujuannya : “BUDI UTAMA JASMANI SEMPURNA” (Cageur – Bageur).
Tidak lain amalan kita, THOREQAT QOODIRIYYAH NAQSYABANDIYAH, amalkan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebajikan, menjauhi segalah dlohir-bathin yang bertalian dengan jasmani maupun rohani, yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya setan.
Wasiat ini harus dilaksanakan dengan seksama oleh segenap murid-murid agar supaya mencapai keselamatan DUNIA dan AKHIRAT.
A   m    i    n
Patapan Suryalaya, 13 Pebruari 1956
Wasiat ini disampaikan kepada sekalian ikhwan
(Syeikh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin)

Sumber dari : http://daikembar.com

Syekh Akbar Abdul Fatah, Cidahu Tasikmalaya Jawa Barat

Syekh Akbar Abdul Fatah, Cidahu Tasikmalaya Jawa Barat


“Si Linggis” dari Desa Cidahu

Ia adalah salah seorang wali besar di Tanah Jawa. Sejak muda ia sudah terkenal dengan sebutan “Si Linggis”, karena analisisnya yang sangat tajam setiap kali mengkaji ilmu-ilmu agama dengan pendekatan tasawuf.

Di Desa Cidahu, Tasikmalaya, Jawa Barat, pada akhir abad ke-19, tepatnya tahun 1884, lahirlah seorang jabang bayi yang kelak menjadi ulama besar. Orangtuanya memberinya nama Abdul Fatah. Sejak muda ia sudah tertarik pada kehidupan rohaniah dengan menimba ilmu tarekat pada K.H. Sudja’i, guru mursyid Tarekat Tijaniyah, selama tujuh tahun sejak 1903.
Selama menjadi santri, Abdul Fatah terkenal dengan sebutan “Si Linggis”, karena analisisnya terhadap berbagai ilmu agama yang sangat tajam. Terutama ketika ia menganalisis dengan menggunakan ilmu nahu dan saraf dengan pendekatan tasawuf. Ia suka belajar dengan membaca berbagai kitab, sehingga beberapa pelajaran yang belum sempat disampaikan oleh gurunya sudah ia kuasai.
Suatu hari, ia membaca ayat 17 surah Al-Kahfi, “Barang siapa diberi hidayah oleh Allah, dia termasuk orang yang diberi petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, dia sekali-sekali tidak akan mendapatkan seorang wali yang mursyid.” Ia lalu bertanya kepada Kiai Sudja’i, “Siapakah wali mursyid yang dimaksud dalam ayat ini?” Kiai Sudja’i menjelaskan perihal wali mursyid sebagai guru tarekat, sementara mencari wali mursyid merupakan keharusan. Tapi, karena Kiai Sudja’i mengaku bukan wali mursyid, Abdul Fatah disarankan untuk mencari wali mursyidnya.
Maka berangkatlah Abdul Fatah mencari wali mursyid dengan mengunjungi para ulama di Jawa dan Sumatra. Karena belum menemukan, ia lalu mencarinya ke Timur Tengah, khususnya Mekah. Maka pada 1922 ia pun berangkatlah, dengan membawa seluruh anggota keluarganya. Sampai di Singapura, kapal yang mereka tumpangi rusak. Terpaksalah ia bermukim di Negeri Singa itu. Ia tinggal di Kampung Watu Lima, kemudian di Kampung Gelang Serai, selama lima tahun. Di sanalah ia, suatu hari, bertemu Syekh Abdul Alim Ash-Shiddiqy dan Syekh Abdullah Dagistani, yang mengajarkan Tarekat Sanusiyah.
Pada 1928, setelah memulangkan keluarganya ke Tasikmalaya, ia berangkat ke Mekah bersama beberapa jemaah haji Indonesia, seperti K.H. Toha dari Pesantren Cintawana, Tasikmalaya, dan K.H. Sanusi dari Pesantren Syamsul Ulum, Gunungpuyuh, Sukabumi (lihat Alkisah edisi 17/III/2005, Khazanah). Selama di Mekah, Abdul Fatah bergabung dengan Zawiyah Sanusiyyah di Jabal Qubais, mengaji kepada Syekh Ahmad Syarif As-Sanusi selama lima tahun.
Karena sangat alim, belakangan Abdul Fatah mendapat kepercayaan membaiat atau menalkin murid tarekat yang baru masuk. Selama belajar tarekat kepada Syekh Ahmad Syarif, ia sempat mengalami berbagai ujian. Suatu hari, ketika tengah mengajar, Syekh Ahmad Syarif mengamuk dalam majelisnya. Apa saja yang ada di dekatnya dilempar ke arah murid-muridnya. Semua muridnya lari berhamburan karena takut. Namun, ada seorang murid yang bergeming, tetap diam di tempat. Dialah Abdul Fatah.

Kursi Istimewa
Sebagai guru mursyid tarekat, Syekh Ahmad Syarif biasa duduk di kursi istimewa, dan tak seorang pun berani mendudukinya. Mengapa? Sebab, siapa yang berani mendudukinya, badannya akan hangus. Suatu hari Syekh Ahmad memerintahkan Abdul Fatah untuk menggantikannya mengajar. Maka dengan tenang Abdul Fatah duduk di kursi istimewa itu, tanpa ada kejadian apa pun yang mencelakakannya.
Akhirnya, pada suatu hari, Syekh Ahmad Syarif memanggilnya. Ia menceritakan, semalam Rasulullah SAW memerintahkan untuk melimpahkan kekhalifahan Tarekat Sanusiyah kepada Abdul Fatah Al-Jawi untuk dikembangkan di negerinya. Sejak itu Abdul Fatah mendapat gelar Syekh Akbar Abdul Fatah. Setelah itu, lebih kurang dua tahun kemudian, Syekh Ahmad Syarif As-Sanusi pun wafat.
Pada 1930, Syekh Akbar Abdul Fatah pulang kampung dengan membawa ajaran Tarekat Sanusiyah, yang di kemudian hari berganti nama menjadi Tarekat Idrisiyah karena tiga alasan. Pertama, untuk berlindung dari tekanan politik kaum kolonialis Belanda. Kedua, kandungan ajaran kedua aliran itu sama, karena Idrisiyah juga merupakan anak Tarekat Sanusiyah, yang sama-sama berguru kepada Syekh Ahmad bin Idris. Ketiga, untuk mendapatkan berkah Syekh Ahmad bin Idris atas keistimewaan lafaz zikirnya yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan Nabi Khidlir, yaitu Fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adada ma wasi’ahu ‘ilmullah.
Di Cidahu, Syekh Akbar Abdul Fatah menghadapi berbagai tantangan, baik dari penjajah Belanda maupun para jawara. Namun semua itu ia hadapi tanpa takut sedikit pun. Tiga tahun kemudian ia mulai mendirikan beberapa zawiah di beberapa tempat, terutama di Jawa Barat, masing-masing dilengkapi dengan sebuah masjid, Al-Fatah. Pada 1930, ia sempat berdakwah sampai ke Batavia, singgah di Masjid Kebon Jeruk, kini di kawasan Jakarta Kota. Ia juga sempat mengembangkan tarekat di Masjid Al-Makmur, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Suatu hari ia mengembangkan tarekat di Masjid Al-Falah di Batutulis, kini di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat. Di sana ia juga harus menaklukkan para jawara. Dan sejak itu syiar dakwah Islam terus berkembang. Banyak muridnya yang kemudian mewakafkan tanah untuk digunakan sebagai zawiah. Ia juga membangun sebuah asrama untuk tempat tinggal para santri dari jauh. Di tengah kesibukannya mengajar di Batavia, dua minggu sekali ia menyempatkan diri mengajar di kampung halamannya.
Pada 1940, karena pesantrennya di Cidahu sudah tidak bisa menampung jemaah, ia lalu memindahkannya ke Kampung Pagendingan, Kecamatan Cisanyong, Kabupaten Tasikmalaya.
Sebagai wali, Syekh Akbar Abdul Fatah memiliki banyak karamah. Suatu hari, dalam perang kemerdekaan, pasukan Hizbullah, yang terdiri dari para santri pimpinan Syekh Akbar Abdul Fatah, dibombardir oleh pesawat Belanda. Namun, bom-bom itu tidak meledak. Apa pasal? Karena Syekh Akbar Abdul Fatah telah membekali para santrinya dengan air yang telah didoainya. “Air doa” sang wali inilah yang, atas izin Allah SWT, menangkal bom-bom penjajah kafir tersebut.

Perampok Arab
Suatu hari seorang nelayan terdampar sampai ke pantai Australia. Ia kemudian berdoa, “Ya Allah, mengapa Engkau asingkan aku yang lemah ini di sini? Padahal, aku hanya bermaksud mencari nafkah buat anak-istriku. Ya Allah, datangkanlah penolong.” Ketika itulah ia melihat seorang ulama bertubuh tinggi besar berpakaian serba putih. Tiba-tiba ia memindahkan perahu nelayan itu ke tempat asalnya. Setelah selamat, nelayan itu menawarkan ikan besar yang baru saja ditangkapnya kepada ulama penolongnya itu.
Dengan tersenyum, ulama tersebut berkata, “Aku tidak membutuhkan ikan itu. Jika engkau ingin menjumpaiku dan menjadi muridku, datanglah ke Pagendingan, Tasikmalaya.” Setelah itu ulama tinggi bear itu pun lenyap dari pandangan mata. Selang beberapa minggu kemudian, nelayan itu datang ke Pesantren Pagendingan. Di sana ia bertemu seorang ulama yang fisik dan gerak-geriknya persis seperti yang ia lihat di pantai Australia. Ia tiada lain adalah Syekh Akbar Abdul Fatah.
Karamah yang lain terjadi ketika Syekh Akbar Abdul Fatah berada di Mekah. Suatu hari ia ingin berziarah ke makam Rasulullah SAW di Medinah. Membawa bekal secukupnya, bersama beberapa kiai dari Jawa, ia berjalan kaki menuju Medinah. Di tengah perjalanan, rombongan itu diadang perampok bersenjata lengkap. Rombongan peziarah itu terkepung oleh perampok yang mengendarai kuda dengan menghunus pedang. Syekh Akbar lalu memerintahkan rombongannya melepaskan apa saja yang ada di tangannya ke kanan dan kiri, sebagai kepasrahan seorang hamba yang lemah tak berdaya.
Sambil melepaskan apa yang dimiliki, Syekh Akbar berteriak dengan suara lantang, ”Ash-shalatu was salamu ‘alaika ya Rasulallah! Qad Dhaqat hilati, adrikni ya Rasulallah!” (Selawat dan salam serajahtera atas Tuan, wahai Rasulullah! Mohon lenyapkan rintangan jalan kami menuju engkau, wahai Rasulullah!). Ajaib! Kontan para perampok itu berteriak-teriak kesakitan sambil memegang leher mereka, “Ampun ya Syekh Jawa, ampun ya Syekh Jawa! Panas, panas!”
Pemimpin perampok itu lalu minta maaf, mohon dibebaskan dari siksaan. Maka Syekh Akbar pun mendekati dan menepuk pundak para perampok itu satu per satu. Barulah rasa sakit karena panas tak terkirakan di tenggorokan itu reda. Seketika itu pemimpin perampok menyatakan bertobat, dan bersedia mengantarkan rombongan ke mana saja. “Kalian adalah bangsa Arab yang berdekatan dengan kampung Rasulullah SAW, sedangkan kami datang dari negeri yang sangat jauh – tapi demi berziarah kepada Rasulullah SAW. Tidakkah kalian malu melakukan hal yang tidak terpuji ini? Sudah sepantasnya kalian lebih berbangga daripada kami, karena negeri kalian dikunjungi banyak orang dari seluruh pelosok negeri.”

Syekh Akbar Abdul Fatah wafat pada 1947 dalam usia 63 tahun, dimakamkan dalam kompleks Pesantren Al-Fathiyah al-Idrisiyah, Jalan Raya Ciawi Km 8, Kampung Pagendingan, Kecamatan Cisanyong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Sejak itu pemimpin Tarekat Idrisiyah diserahkan kepada Syekh Akbar Muhammad Dahlan. Pada 11 September 2001 Syekh Dahlan wafat, dan tongkat kepemimpinan tarekat diserahkan kepada Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan. (***)Aji Setiawan

Syekh Hasanuddin

Syekh Hasanuddin: pendiri pesantren pertama di Jawa Barat

Menurut Babad Tanah Jawa, pesantren pertama di Jawa Barat adalah pesantren Quro yang terletak di Tanjung Pura, Karawang. Pesantren ini didirikan oleh Syekh Hasanuddin, seorang ulama dari Campa atau yang kini disebut Vietnam, pada tahun 1412 saka atau 1491 Masehi. Karena pesantrennya yang bernama Quro, Syekh Hasanuddin belakangan dikenal dengan nama Syekh Quro.

Syekh Quro atau Syekh Hasanuddin adalah putra Syekh Yusuf Sidik. Awalnya, Syekh Hasanuddin datang ke Pulau Jawa sebagai utusan. Ia datang bersama rombongannya dengan menumpang kapal yang dipimpin Laksamana Cheng Ho dalam perjalanannya menuju Majapahit.

Dalam pelayarannya, suatu ketika armada Cheng Ho tiba di daerah Tanjung Pura Karawang. Sementara rombongan lain meneruskan perjalanan, Syekh Hasanuddin beserta para pengiringnya turun di Karawang dan menetap di kota ini.

Di Karawang, Syekh Hasanuddin menikah dengan gadis setempat yang bernama Ratna Sondari yang merupakan puteri Ki Gedeng Karawang. Di tempat inilah, Syekh Hasanuddin kemudian membuka pesantren yang diberi nama Pesantren Quro yang khusus mengajarkan Alquran. Inilah awal Syekh Hasanuddin digelari Syekh Quro atau syekh yang mengajar Alquran.

Dari sekian banyak santrinya, ada beberapa nama besar yang ikut pesantrennya. Mereka antara lain Putri Subang Larang, anak Ki Gedeng Tapa, penguasa kerajaan Singapura, sebuah kota pelabuhan di sebelah utara Muarajati Cirebon. Puteri Subang Larang inilah yang kemudian menikah dengan Prabu Siliwangi, penguasa kerajaan Sunda Pajajaran.

Kesuksesan Syekh Hasanuddin menyebarkan ajaran Islam adalah karena ia menyampaikan ajaran Islam dengan penuh kedamaian, tanpa paksaan dan kekerasan. Begitulah caranya mengajarkan Islam kepada masyarakat yang saat itu berada di bawah kekuasaan raja Pajajaran yang didominasi ajaran Hindu.

Karena sifatnya yang damai inilah yang membuat Islam diminati oleh para penduduk sekitar. Tanpa waktu lama, Islam berkembang pesat sehingga pada tahun 1416, Syekh Hasanuddin kemudian mendirikan pesantren pertama di tempat ini.

Ditentang penguasa Pajajaran
Berdirinya pesantren ini menuai reaksi keras dari para resi. Hal ini tertulis dalam kitab Sanghyang Sikshakanda Ng Kareksyan. Pesatnya perkembangan ajaran Islam membuat para resi ketakutan agama mereka akan ditinggalkan.

Berita tentang aktivitas dakwah Syekh Quro di Tanjung Pura yang merupakan pelabuhan Karawang rupanya didengar Prabu Angga Larang. Karena kekhawatiran yang sama dengan para resi, ia pernah melarang Syekh Quro untuk berdakwah ketika sang syekh mengunjungi pelabuhan Muara Jati di Cirebon.

Sebagai langkah antisipasi, Prabu Angga Larang kemudian mengirimkan utusan untuk menutup pesantren ini. Utusan ini dipimpin oleh putera mahkotanya yang bernama Raden Pamanah Rasa. Namun baru saja tiba ditempat tujuan, hati Raden Pamahan Rasa terpesona oleh suara merdu pembacaan ayat-ayat suci Alquran yang dilantunkan Nyi Subang Larang.

Putra mahkota yang setelah dilantik menjadi Raja Pajajaran bergelar Prabu Siliwangi itu dengan segera membatalkan niatnya untuk menutup pesantren tersebut. Ia justru melamar Nyi Subang Larang yang cantik. Lamaran tersebut diterima oleh Nyi Santri dengan syarat maskawinnya haruslah Bintang Saketi, yaitu simbol "tasbih" yang ada di Mekah.

Pernikahan antara Raden Pamanah Rasa dengan Nyi Subang Karancang pun kemudian dilakukan di Pesantren Quro atau yang saat ini menjadi Masjid Agung Karawang. Syekh Quro bertindak sebagai penghulunya.

Menyebar santri untuk berdakwah
Tentangan pemerintah kerajaan Pajajaran membuat Syekh Quro mengurangi intensitas pengajiannya. Ia lebih memperbanyak aktivitas ibadah seperti shalat berjamaah.

Sementara para santrinya yang berpengalaman kemudian ia perintahkan untuk menyebarkan Islam ke berbagai kawasan lain. Salah satu daerah tujuan mereka adalah Karawang bagian Selatan seperti Pangkalan lalu ke Karawang Utara di daerah Pulo Kalapa dan sekitarnya.

Dalam penyebaran ajaran Islam ke daerah baru, Syekh Quro dan para pengikutnya menerapkan cara yang unik. Antara lain sebelum berdakwah menyampaikan ajaran Islam, mereka terlebih dahulu membangun Masjid. Hal ini dilakukan Syekh Quro mengacu pada langkah yang dicontohkan Rasulullah SAW ketika berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Saat itu beliau terlebih dahulu membangun Masjid Quba.

Cara lainnya, adalah dengan menyampaikan ajaran Islam melalui pendekatan dakwah bil hikmah. Hal ini mengacu pada AlQuran surat An Nahl ayat 125, yang artinya: "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik."

Sebelum memulai dakwahnya, Syekh Quro juga telah mempersiapkan kader-kadernya dengan pemahaman yang baik soal masyarakat setempat. Ini dilakukan agara penyebaran agamanya berjalan lancar dan dapat diterima oleh masyarakat. Hal inilah yang melatarbelakangi kesuksesan dakwah Syekh Quro yang sangat memperhatikan situasi kondisi masyarakat serta sangat menghormati adat istiadat penduduk yang didatanginya.

Selama sisa hidup hingga akhirnya meninggal dunia, Syekh Quro bermukim di Karawang. Ia dimakamkan di Desa Pulo Kalapa, Kecamatan Lemah Abang, Karawang. Tiap malam Sabtu, makam ini dihadiri ribuan peziarah yang datang khusus untuk menghadiri acara Sabtuan untuk mendoakan Syekh Quro.

Belakangan masjid yang dibangun oleh Syekh Quro di pesantrennya, kemudian direnovasi. Namun bentuk asli masjid -- berbentuk joglo beratap dua limasan, menyerupai Masjid Agung Demak dan Cirebon -- tetap dipertahankan.

Sumber : http://bambang-gene.blogspot.com

Syekh Datuk Kahfi

Syekh Datuk Kahfi


Syekh Datuk Kahfi (dikenal juga dengan nama Syekh Idhofi atau Syekh Nurul Jati) adalah tokoh penyebar Islam di wilayah yang sekarang dikenal dengan Cirebon dan leluhur dari raja-raja Sumedang.
Beliau pertama kali menyebarkan ajaran Islam di daerah Amparan Jati. Syekh Datuk Kahfi merupakan buyut dari Pangeran Santri (Ki Gedeng Sumedang), penguasa di Kerajaan Sumedang Larang, Jawa Barat, dan putera dari Syekh Datuk Ahmad. Ia juga merupakan keturunan dari Amir Abdullah Khan.

Silsilah

Di bawah ini merupakan silsilah Syekh Datuk Kahfi yang bersambung dengan Sayyid Alawi bin Muhammad Sohib Mirbath hingga Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi (Hadramaut, Yaman) dan seterusnya hingga Imam Husain, cucu Nabi Muhammad SAW yang syahid terbunuh dalam pembantaian di Padang Karbala, Iraq.
Nabi Muhammad SAW, berputeri
  • Sayidah Fatimah az-Zahra manikah dengan Imam Ali bin Abi Thalib, berputera
  • Imam Husain a.s, berputera
  • Imam Ali Zainal Abidin, berputera
  • Muhammad al-Baqir, berputera
  • Imam Ja'far ash-Shadiq, berputera
  • Ali al-Uraidhi, berputera
  • Muhammad al-Naqib, berputera
  • Isa al-Rumi, berputera
  • Ahmad al-Muhajir, berputera
  • Ubaidillah, berputera
  • Alawi, berputera
  • Muhammad, berputera
  • Alawi, berputera
  • Ali Khali' Qosam, berputera
  • Muhammad Sahib Mirbath, berputera
  • Sayid Alwi, berputera
  • Sayid Abdul Malik, berputera
  • Sayid Amir Abdullah Khan (Azamat Khan), berputera
  • Sayid Abdul Kadir, berputera
  • Maulana Isa, berputera
  • Syekh Datuk Ahmad, berputera
  • Syekh Datuk Kahfi

Sebagai guru

Syekh Datuk Kahfi merupakan guru dari Pangeran Walangsungsang dan Nyai Rara Santang (Syarifah Muda'im), yaitu putera dan puteri dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi), raja Kerajaan Pajajaran, Jawa Barat. Syekh Datuk Kahfi wafat dan dimakamkan di Gunung Jati, bersamaan dengan makam Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), Pangeran Pasarean, dan raja-raja Kesultanan Cirebon lainnya.

Sumber dari Wikipedia

Masjid Agung Manonjaya

Masjid Agung Manonjaya

APABILA menyebut nama masjid tertua yang ada di Kab. Tasikmalaya, tentu tidak akan lepas dari masjid yang berada di pusat Kec. Manonjaya. Masjid yang dibangun sekira tahun 1837 itu, masih memancarkan keindahan dan kemegahannya. Namun, keindahan, keunikan dan kekhasan masjid yang pertama kali dibangun oleh R.T. Danuningrat itu, kini tampak mulai memudar.

MASJID Agung Manonjaya merupakan salah satu masjid tertua di Kab. Tasikmalaya yang didirikan tahun 1837.*TUSUF ADJI/"PR" Selain kurang terawat, beberapa bagian bangunannya mulai rusak. Bagian atas menara dan langit-langit pada bangunan tambahan masjid sudah banyak yang bolong. Menurut Didi seorang pengurus DKM di sana, bangunan utama masjid yang sudah lapuk pernah diperbaiki, sekira tahun 2003. Namun, bagian langit-langit luar pada bangunan tambahan, ketika itu tidak tersentuh renovasi.
Bangunan masjid yang didominasi warna putih dengan atap warna hijau, memiliki arsitektur khas. Selain ornamen bergaya campuran tradisional maupun luar, masjid ini juga disangga puluhan tiang berukuran besar.
Dari total luas lahan sekira 6.159 m2, terbagi menjadi beberapa bagian yaitu bangunan utama masjid dengan luas sekira 637,5 m2 dan bangunan tambahan 289,5 m2. Masjid tersebut berdiri kokoh dengan disangga sekira 62 tiang. Tiang yang menyangga bangunan utama terdapat sekira 30 buah dan penyangga bangunan tambahan sekira 32 buah.
Konon, banyak misteri yang terjadi melingkupi keberadaan cungkup tersebut. Dari penuturan sesepuh masjid dan warga di sekitar, konon dulu cungkup masjid (bagian penutup puncak masjid) "tak mempan" difoto. Setiap kali ada memotret dipastikan gambarnya tidak kelihatan. Selain itu, masyarakat setempat meyakini pula, bila cungkup tersebut bertuah. Malahan dikabarkan, dulu cungkup tersebut pernah dipindahkan ke Tasikmalaya tetapi keesokan harinya sudah kembali ke tempatnya semula.
Keberadaan masjid tersebut tidak lepas dari sejarah Tasikmalaya. Adanya Masjid Manonjaya ini, karena Manonjaya pernah menjadi ibu kota Tasikmalaya. Lebih dari seratus tahun silam, Kec. Manonjaya pernah menjadi ibu kota Kab. Tasikmalaya. Namun, ketika itu namanya masih disebut dengan Kab. Sukapura.
Masjid Agung Manonjaya dibangun sekira tahun 1834 pada saat Bupati Sukapura dijabat Wiradadaha VIII. Pembangunan masjid itu dilakukan bersamaan dengan pemindahan ibu kota kabupaten, dari Pasirpanjang (kini Sukaraja, -red.) ke Manonjaya (saat itu masih bernama Harjawinangun).(Yusuf Adji/”PR”)***witz

Mesjid Agung Tasikmalaya

Mesjid Agung Tasikmalaya


Saat kita melewati pusat kota Tasikmalaya tepatnya di Jalan KH Zainal Mustofa, setiap orang yang datang pasti terpesona dengan bangunan mesjid yang satu ini. Pasalnya, selain memiliki ciri khas dengan konsep atap dengan warna kuning emas juga empat menara yang menyerupai Mesjid Haram di Mekah memperlihatkan arsitektur yang sangat megah dan bernilai seni tinggi.
Secara historis meski sudah mengalami lima kali renovasi secara total, namun pihak DKM Mesjid Agung Tasikmalaya tidak memiliki catatan sejarah secara lengkap mengenai bangunan mesjid yang menjadi saksi sejarah perjuangan rakyat Tasikmalaya dalam menentang penjajahan. Tetapi, kemudian hari ditemukan sedikit catatan sejarah bahwa Mesjid Agung Tasikmalaya dibangun oleh Bupati Sumedang Raden Tumenggung Aria Suryaatmaja pada tahun 1886 hingga 1888 masehi diatas tanah seluas 400 bata atau 6.000 meter persegi.
Setelah selesai, bangunan mesjid tersebut kemudian diserahkan kepada Patih Demang Sukma Amijaya Tasikmalaya untuk kemudian diurus dan dikembangkan. Seiring waktu ke waktu, renovasi kemudian dilakukan karena berbagai kejadian alam yang terjadi. Seperti pada tahun 1977 terjadi gempa hebat yang membuat bangunan mesjid retak dan arsitektur manapun tidak mampu merenovasinya, akhirnya renovasi dilakukan secara total dengan cara menghancurkan dan mendirikan kembali bangunan mesjid dengan konsep baru.
Terakhir, renovasi total dilakukan pada tahun 2000 atas kesepakatan bersama pemerintah Kab Tasikmalaya dan para ulama. Pasalnya, bangunan mesjid banyak dikira oleh musafir yang hendak berziarah sebagai bangunan pabrik. Warga Tasikmalaya kemudian bahu membahu menggalang dana hingga terkumpul uang sebesar Rp7,9 miliar, akhirnya mesjid kembali direnovasi secara total dengan arsitek Slamet Wirasonjaya. Luas lahan saat ini menjadi 500 bata atau 7.215 meter persegi dengan luas bangunan 2.456 meter persegi yang mampu menampung 8.000 jemaah.
Wakil Sekretaris DKM Mesjid Agung Tasikmalaya Abay Bayanudin mengatakan, saat ini masih mengumpulkan sejarah mengenai bangunan mesjid tersebut yang berdasarkan cerita dari mulut ke mulut bangunan mesjid dibangun dengan menggunakan bahan dari kayu jati murni. “Sebenarnya bangunan mesjidnya dulu kecil, tetapi bangunannya sangat kokoh karena secara keseluruhan terdiri dari bahan kayu jati. Saat ini kami sendiri sedang mengumpulkan bahan mengenai sejarah bangunan mesjid ini yang sampai saat ini belum diketahui secara pasti,” kata Abay.
Yang menjadi ciri khas bangunan mesjid tersebut, kata Abay, memiliki dua menara yang menyerupai bangunan mesjid haram di Mekkah serta tersimpan sebuah bedug berukuran raksasa yang berhasil meraih penghargaan sebagai bedug terbesar dari MURI. “Jadi arsitektur bangunan mesjid ini lebih mengarah ke timur tengah, meski terkadang orang berpendapat lebih mirip bangunan mesjid di daerah Malaysia. Tetapi kemungkinan besar memang mengikuti arsitektur Malaysia yang juga berkiblat ke arsitektur timur tengah seperti Turki, dan Arab Saudi,” jelasnya.
Meraih Juara Umum Pemberdayaan Umat Se-Jabar
Ada prestasi yang membanggakan dari para pengurus DKM Mesjid Agung Tasikmalaya, yakni pada tahun 2006 berhasil meraih juara umum se-Jabar sebagai mesjid yang melakukan pemberdayaan kepada umatnya. Pengurus DKM berhasil melakukan berbagai kegiatan sosial kepada masyarakat serta mampu menciptakan perekonomian dengan cara mendirikan koperasi yang dijalankan para pengurus dengan berkantor tak jauh dari bangunan mesjidnya sendiri.

Legenda Mermaid (Putri Duyung)

Legenda Mermaid (Putri Duyung) dan Merman dari masa ke masa

Salah satu misteri terbesar di dalam dunia Cryptozoology adalah makhluk setengah manusia setengah ikan yang disebut Mermaid atau putri duyung. Karena karakternya yang aneh, makhluk ini kemudian lebih sering dikaitkan dengan hal mistis ketimbang sains.

Mermaid adalah sebuah istilah yang diberikan kepada makhluk air yang memiliki tubuh dari pinggang ke atas seperti perempuan sedangkan pinggang ke bawah seperti seekor ikan. Walaupun kita hanya pernah mendengar makhluk ini dari sekumpulan dongeng, keberadaan makhluk ini bisa dilacak di dalam literatur hingga 2.000 tahun yang lalu.

Kata Mermaid berasal dari kata Mere yang berarti Laut (dalam bahasa Inggris kuno) dan kata Maid yang berarti perempuan. Jadi, makhluk yang disebut sebagai Mermaid adalah makhluk setengah manusia setengah ikan yang berjenis kelamin perempuan, sedangkan yang berjenis kelamin pria disebut Merman.

Dalam dongeng, makhluk ini disebut suka duduk di atas batu di dekat pantai, bernyanyi, memegangi cermin sambil mengagumi kecantikannya sendiri. Nyanyiannya disebut mengandung kekuatan mistis sehingga manusia yang mendengarnya akan terpesona hingga tewas karena tenggelam.

Di Cornwall, Inggris, ada sebuah batu yang disebut sebagai batu Mermaid karena seekor Mermaid disebut pernah duduk di atas batu itu dan bernyanyi hingga menyebabkan seorang nelayan lokal bernama Matthew Trawella tewas karenanya.

Mermaid dalam kebudayaan bangsa-bangsaKisah pertama mengenai makhluk ini bisa dilacak hingga tahun 1.000 SM di mitologi Assyria. Dewi Atargatis, ibu dari ratu Semiramis, disebut jatuh cinta kepada seorang gembala dari kalangan manusia yang fana. Suatu hari, tanpa sengaja, sang dewi membunuh gembala itu.

Karena sedih, Atargatis mencoba bunuh diri dengan terjun ke danau untuk mengambil rupa seekor ikan. Tetapi, sang danau menolak untuk menyembunyikan kecantikan yang dimiliki sang dewi. Jadi ia hanya mengubahnya menjadi ikan dari pinggang ke bawah.

Kisah dari Assyria ini mungkin menjadi dasar munculnya legenda mengenai mermaid di seluruh dunia.

Dalam bukunya yang berjudul Curious Myths of the Middle Ages yang terbit tahun 1884, ahli kisah rakyat bernama S. Baring Gould percaya kalau kisah mermaid dan merman bermula dari kisah dewa atau dewi setengah ikan di agama-agama purba.

Dewa Oannes dari Khaldea dan Dewa Dagon dari Filistin memiliki rupa seperti Mermaid. Dewa Coxcox dan Teocipactli dari Mexico juga memiliki rupa setengah ikan. Legenda Indian Amerika bahkan menyebutkan kalau mereka dibawa keluar dari Asia oleh manusia ikan. Dari semuanya, mungkin yang paling terkenal adalah dewa Triton dan Dewi Siren dalam legenda Yunani kuno yang juga memiliki tubuh setengah ikan.

Selain Eropa dan Timur tengah, kisah mengenai makhluk ini juga bisa dijumpai di mitologi di berbagai negara di Afrika dan Asia.

Di Afrika, makhluk serupa Mermaid disebut Mami Wata yang dipercaya dapat menyembuhkan orang sakit dan membawa keberuntungan bagi mereka yang mengikutinya.

Dugong dan Manatee
Kebanyakan peneliti tentu saja menganggap keberadaan makhluk-makhluk seperti Mermaid sebagai hoax. Sebagian lain menganggapnya sebagai salah identifikasi. Tersangkanya yang paling utama adalah hewan yang masuk ke dalam golongan Sirenian, makhluk air herbivora yang berdiam di sungai dan laut.

Dua makhluk yang tergolong ke dalam Sirenian diantaranya adalah Dugong dan Manatee. Kedua makhluk ini memiliki adaptasi yang luar biasa di dalam laut. Walaupun terlihat gemuk, namun dalam beberapa pose, makhluk ini bisa dikira sebagai Mermaid. Misalnya, ketika mereka menyusui bayi, mereka akan menggendongnya di dada sehingga bisa dikira sebagai dada seorang wanita oleh para saksi yang menyaksikannya dari kejauhan.

Dugong


Manatee

Walaupun sepertinya banyak yang sepakat dengan identitas Manatee atau Dugong sebagai Mermaid, namun, ketika kita meneliti catatan sejarah, kita bisa menemukan berbagai kesaksian yang sepertinya mengkonfirmasi perjumpaan dengan makhluk yang benar-benar serupa mermaid atau merman (bukan Dugong atau Manatee).

Penampakan Mermaid dalam sejarah
Pada tahun 558 Masehi, Disebutkan kalau seekor Mermaid berhasil ditangkap oleh seorang nelayan di Irlandia. Mermaid itu kemudian dibawa ke desa dan dibaptis oleh para penduduk. Tidak lama kemudian, makhluk itu mati.

Lalu, seorang biarawan bernama Ralph Coggeshall pernah menceritakan kalau seekor Merman pernah ditangkap oleh para nelayan di Suffolk pada tahun 1187. Makhluk itu tidak dapat berbicara dan segera dibawa ke desa untuk diperiksa. Bahkan setelah disiksa, makhluk itu masih tidak menunjukkan tanda-tanda kalau ia bisa berbicara. Merman tersebut kemudian dipenjara untuk beberapa lama di kastil Orford. Namun ketika penduduk desa hendak memandikannya di laut, ia berhasil melarikan diri.

Masih pada abad ke-12, Speculum Regale dari Islandia mencatat adanya penemuan seekor mermaid di dekat Greenland.

"Makhluk ini terlihat seperti seorang wanita dari pinggang ke kepala. Dadanya juga terlihat persis seperti seorang wanita. Lengannya panjang dan rambutnya halus. Leher dan kepalanya juga menyerupai manusia. Dari pinggang ke bawah, makhluk ini memiliki ekor seperti ikan dengan sisik dan sirip. Makhluk aneh ini terlihat setelah badai besar melanda."
Menurut legenda Islandia, merman juga pernah ditangkap pada tahun 1305 dan 1329.

Perjumpaan dengan mermaid bukan hanya dialami oleh para nelayan lokal atau penduduk awam.

Christopher Colombus disebut juga pernah berjumpa dengan makhluk ini pada tahun 1493.

Colombus sedang berada di lepas pantai Haiti ketika ia melihat ada tiga ekor mermaid yang muncul dari dalam laut ke permukaan. Menurutnya, ketiga makhluk itu tidak secantik seperti yang sering digambarkan, bahkan menurutnya, wajah ketiga makhluk itu terlihat seperti pria.

Kemungkinan Columbus melihat tiga Merman, bukan mermaid. Namun banyak orang yang percaya kalau Columbus hanya menyaksikan tiga ikan Duyung (manatee), makhluk air yang memang sering terlihat di Karibia.

Penjelajah terkenal lainnya, Henry Hudson juga pernah mencatat perjumpaannya dengan Mermaid pada tahun 1608.
"Pagi ini, salah seorang rekan kami melihat seekor Mermaid dan ia segera memanggil rekan-rekan lainnya untuk turut menyaksikannya. Dari pinggang ke atas, punggung dan dadanya seperti seorang wanita. Tubuhnya sama besar seperti salah seorang dari kami. Ketika makhluk itu menyelam ke dalam air, mereka bisa melihat ekornya yang terlihat seperti ekor lumba-lumba yang memiliki pola seperti ikan mackarel. Rekan kami yang menyaksikannya bernama Thomas Hilles dan Robert Rayner."
Pada tahun 1614, penjelajah terkenal lainnya bernama John Smith (yang kita kenal lewat film Pocahontas) juga mengaku melihat Mermaid. Ia menyebutkan kalau makhluk itu memiliki wajah cantik, mata yang bulat, hidung mancung dan rambut hijau yang panjang. Ia menyebut mahluk itu "Sangat cantik".

Nah, ini membuat kita bertanya-tanya. Lihat, foto Manatee di bawah ini sekali lagi.

Jika kalian melihat makhluk seperti ini di lautan, Apakah kalian akan mengidentifikasinya sebagai seorang perempuan cantik?

Apakah John Smith berbohong? Ataukah ia harus segera membuat janji dengan dokter mata?

Pada tahun 1531, seekor merman disebut ditangkap di Laut Baltik dan segera dikirim ke Sigismund, Raja Polandia, dan makhluk ini kemudian dipamerkan ke seluruh pejabat istana. Makhluk ini hanya sanggup bertahan hidup selama 3 hari.

Pada tahun 1560, seorang nelayan dari pulau Mandar di Ceylon disebut berhasil menangkap 7 ekor Merman dan Mermaid. Peristiwa ini disaksikan oleh biarawan Jesuit bernama M.Bosquez, seorang dokter yang bekerja untuk penguasa setempat.

Bosquez kemudian melakukan pemeriksaan menyeluruh kepada 7 makhluk itu, membedahnya lalu menemukan kalau makhluk itu memiliki struktur internal dan eksternal yang menyerupai manusia.

Pada tahun 1755, Erik Pontoppidan, uskup Bergen yang juga seorang naturalis, menerbitkan sebuah buku berjudul New natural History of Norway yang di dalamnya menceritakan mengenai peristiwa penampakan merman yang disaksikan oleh 3 pelaut dari atas kapal di pantai Denmark, dekat Landscrona. Para pelaut itu berani bersumpah kalau mereka tidak berbohong.
Pada tahun 1785, William Munro, bahkan melaporkan penampakan Mermaid yang sangat mirip dengan dongeng yang sering kita tonton. Mungkin kisah Munro telah menginspirasi karakter mermaid yang sering kita tonton di Film-film.
"Perhatianku tertuju pada sosok yang menyerupai seorang wanita telanjang yang sedang duduk di atas batu sambil menatap lautan lepas. Sepertinya ia sedang menyisir rambutnya yang panjang dan tebal. Ia masih berada di batu itu 3 atau 4 menit lamanya."
Pada tahun 1830, seekor mermaid disebut ditemukan di pantai Benbecula di Outer Hebrides, Skotlandia.

"Bagian atas tubuhnya menyerupai tubuh seorang anak kecil berumur 3 atau 4 tahun. Namun dadanya besar seperti dada wanita dewasa. Rambutnya panjang dan mengkilap sementara kulitnya putih dan halus. Tubuh bagian bawahnya menyerupai ikan salmon, namun tidak memiliki sisik."
Menurut catatan Carmina Gadelica, makhluk itu sebenarnya masih hidup ketika pertama kali ditemukan, namun penduduk desa berusaha menangkapnya dengan cara melemparinya dengan batu sehingga ia tewas karenanya. Sesepuh desa bernama Duncan Shaw kemudian membuat sebuah peti mati kecil untuknya dan memberikan upacara penguburan cara kristen untuk makhluk itu.

Sepertinya sulit membayangkan kalau penduduk desa memberikan upacara penguburan seperti itu untuk seekor manatee atau dugong.

Pada tanggal 4 Juni 1857, dua nelayan dari Skotlandia juga mengaku melihat Mermaid. Mereka menulis di Shipping Gazzette:
"Pada hari kamis tanggal 4 Juni 1857, kami sedang bersiap untuk pergi menangkap ikan. Ketika kami berada 4 mil dari Port Charlotte, saat itu sekitar pukul 6 sore, kami melihat sebuah objek aneh di jarak 6 yard. Objek itu memiliki bentuk seperti seorang wanita dengan dada yang besar. Wajahnya elok dan rambutnya panjang melewati bahunya. Makhluk itu muncul di air dan menatap kami sambil menggoyangkan kepalanya. Kami menyaksikannya sekitar 3 atau 4 menit lamanya."
Penampakan Mermaid lainnya yang cukup ternama terjadi pada tahun 1917.

Pada tahun itu, sebuah kapal bernama Leonidas berlayar dari New York menuju Le Havre di Perancis. Dalam perjalanannya, para kru kapal menyaksikan makhluk serupa mermaid sedang berenang di samping kapal itu selama enam jam. Sesekali makhluk itu menampakkan kepalanya ke atas permukaan air, setiap kali selama kira-kira 15 menit sehingga para kru kapal bisa melihat rupanya dengan jelas. Makhluk itu disebut memiliki rambut panjang berwarna hitam dengan tubuh setengah manusia dan setengah ikan. Semua kru setuju kalau makhluk itu adalah mermaid.

Tentu saja akan sangat susah jika mengatakan kalau sejumlah kru kapal yang terbiasa di laut tidak bisa membedakan antara Manatee dan Mermaid.

Mumi Mermaid
Apa buktinya kalau makhluk yang bernama Mermaid benar-benar ada?

PT Barnum, salah seorang entertainer ternama, pernah mengklaim memiliki bangkai Mermaid yang kemudian dipamerkannya untuk mendapatkan uang. Bangkai-bangkai milik Barnum dikenal dengan nama Feejee Mermaid. Belakangan, mumi-mumi miliknya diketahui sebagai hasil kreasi dengan menggabungkan anggota tubuh beberapa hewan.

Sejak itu, banyak mumi Mermaid yang disimpan di seluruh dunia dicurigai sebagai hasil kreasi para seniman. Beberapa telah terbukti sebagai Hoax, beberapa lainnya belum terbukti walaupun juga diduga sebagai hasil kreasi para seniman.

Ini beberapa contoh feejee mermaid hasil kreasi yang cukup ternama.


Selain mumi yang telah terbukti sebagai hoax, ada lagi mumi yang tidak bisa dipastikan sebagai hoax. Misalnya, mumi Mermaid di bawah ini.

Mumi ini disebut ditemukan di Philipina pada tahun 2003. Lalu, pada tahun 2004, foto makhluk ini kembali beredar dan disebut ditemukan di pantai setelah terjadi tsunami besar Asia pada Desember 2004. Makhluk di dalam foto ini dicurigai sebagai hoax karena bangkai yang sebenarnya tidak pernah ditemukan.


Walaupun legenda Mermaid lebih populer di Eropa, namun di Jepang, kisah mengenai mermaid juga bukan hal yang asing. Di beberapa kuil di sana, tersimpan beberapa mumi Mermaid yang dipercaya oleh pemiliknya sebagai otentik. Walaupun begitu, tentu saja banyak yang percaya kalau mumi-mumi ini juga hasil kreasi sama seperti mumi milik PT Barnum. Namun sayangnya, tidak ada satupun mumi-mumi ini yang pernah diteliti secara serius.


Mumi Mermaid ini tersimpan di kuil Zuiryuji di Osaka dan diterima oleh kuil tersebut pada tahun 1682 dari seorang pedagang.


Mumi Mermaid ini tersimpan di kuil Myouchi di Niigata. Panjangnya sekitar 30 cm

Mumi Mermaid ini tersimpan di markas besar agama Shinto di Fujinomiya di kaki gunung Fuji. Tingginya 170 cm dan disebut telah berusia 1.400 tahun. Legenda menyebutkan kalau Mermaid ini melewati pangeran Shotoku di danau Biwa sekitar 1.400 tahun yang lalu. Mermaid tersebut menceritakan kepada pangeran kalau ia dulunya adalah seorang nelayan yang kemudian dikutuk menjadi mermaid. Sebelum meninggal, ia meminta kepada sang pangeran untuk membuat sebuah kuil dan menyimpan mayatnya di kuil. Jika mumi ini memang hasil kreasi, Apakah kreasi manusia membuat mumi mermaid telah berlangsung sejak 1.400 tahun yang lalu?



Mumi ini adalah mumi Mermaid yang tersimpan di kuil Karukayado di Hashimoto. Panjangnya sekitar 50 cm.


Karena belum pernah diteliti, maka sepertinya kita hanya bisa menebak otentisitas mumi-mumi tersebut.

Antara Hoax dan Cryptid
Para ilmuwan ataupun ahli Crytozoology sejak lama berusaha mengidentifikasi identitas Mermaid yang sesungguhnya. Jika makhluk ini hanyalah sebuah hoax, mengapa catatan mengenai makhluk seperti ini tersebar di berbagai belahan dunia dan bahkan telah bermula sejak ribuan tahun yang lalu?

Apakah kesaksian para pelaut ataupun penduduk desa yang terjadi dalam rentang ribuan tahun bisa disimpulkan sebagai hoax?

Kalau bukan hoax, makhluk apakah mermaid ini sebenarnya?

Walaupun sebagian besar peneliti sepakat dengan teori manatee atau dugong, namun sebagian Cryptozoolog sepakat kalau mermaid mungkin adalah sejenis makhluk laut yang telah punah, walaupun mereka juga belum bisa menentukan identitas makhluk yang dimaksud.

Sementara sebagian peneliti belum mencapai bukti yang konklusif, sebagian masyarakat lebih percaya kalau Mermaid adalah makhluk mistis. Ini mungkin bisa menjelaskan mengapa makhluk seperti ini lebih populer di agama-agama purba. Di Afrika, seorang penyihir yang telah bertobat dari aktifitas sihirnya pernah bersaksi kalau seekor mermaid telah menyusuinya sewaktu ia kecil. Dengan kata lain, mermaid yang dimaksudkannya adalah makhluk mistis gaib yang jelas tidak termasuk ke dalam wilayah Cryptozoology.



(wikipedia, hubpages.com, mermaid-williambond.blogspot.com,pinktentacle.com)

Misteri Danau Berwarna Merah Darah

Misteri Hutan Raje Mandare di Bengkulu : Ada Danau Berwarna Merah Darah

Selain ditemukan danau dengan permukaan air berwarna merah, di hutan Raje Mandare di perbatasan Bengkulu-Sumatera Selatan ini diketahui banyak keanehan.

Menurut Kasmidi, danau merah itu sendiri juga aneh, setidaknya menurut pengetahuannya. Sebab, meskipun airnya terlihat berwarna merah, tetapi kalau diciduk pakai tangan atau gayung, airnya terlihat biasa saja. Bening dan jernih.

Keanehan lain, kata Kasmidi, ada satu lokasi tak jauh dari danau yang menimbulkan aroma pandan bila malam hari. Hal itu tidak ditemukan pada lokasi lain.

Masih cerita Kasmidi, di hutan Raje Mandare juga ada sejumlah satwa raksasa. Misalnya, kelabang dengan lebar 30 cm dan panjangnya 50 cm, burung raksasa, dan kerbau yang telinganya ada sarang lebahnya.

Yang mengherankan, pohon-pohon hutan yang tegak berdiri di atasnya pun seperti mempunyai tatanan tersendiri. Kalau tanah tempat pohon itu tumbuh masih masuk wilayah Tanah Basemah Pagar Alam, maka semua pohonnya miring ke arah Pagar Alam. Namun, kalau tempat tumbuhnya di Bengkulu, maka pohon-pohonnya miring ke arah Bengkulu pula, atau berlawanan dengan arah Pagar Alam.

Masih di daerah itu, semua jenis burung dan hewan hutannya cukup jinak, tidak takut terhadap manusia. Meski begitu, agar burung dan hewan tidak lari, pengunjung tidak boleh mengeluarkan suara atau berbicara.


"Ada hal lain yang kami temukan, seperti kelabang ukuran lebar 30 cm dan panjang 50 cm, burung raksasa, dan kerbau yang telinganya ada sarang lebah atau tawon. Namun, kami tidak tahu apa saja yang tersimpan di daerah bukit Raje Mandare itu," ungkapnya.

Kepala Dinas Pariwisata dan Senibudaya setempat, Syafrudin, mengatakan, daerah Rimbacandi memang masih banyak menyimpan misteri yang hingga kini belum dapat terungkap, termasuk keberadaan bukit Raje Mandare yang banyak memiliki peninggalan sejarah.

Sayangnya, pihak pemerintah setempat masih terkendala dana untuk melakukan penelitian di daerah itu. Selain itu, juga ada keterbatasan tenaga ahli. Untuk itu, diperlukan studi lebih lanjut untuk mengungkap misteri Hutan Raje Mandare. 
 
Sumber kompas.com