Wednesday, July 27, 2011

Tentang Gunung Galunggung

Jalan Panjang Menuju Gunung Galunggung, Tasikmalaya

Located in Tasikmalaya, West Java

Gunung Galunggung, Singa yg Tidur Lelap

Gunung berketinggian 2,167m mdpl, terletak 20km baratdaya kota Tasikmalaya. Dalam sejarahnya pernah meletus bbrp kali, terakhir tahun 1982. Letusan terakhir bertipe “vulcanian vertical” (spt letusan cendawan bom atom) mencapai ketinggian 20 km ke angkasa, diikuti semburan piroclastic (debu halus) yg menghujani kota Bandung, Tasik, Garut, Cianjur dan kota lainnya dlm radius 100km. Debu tebal selama 4 bulan yg mengguyur kota2 tsb. membuat kesengsaraan yg cukup. Setelah letusan, 100,000 ha daerah sekitar rata dgn tanah tertimpa batu, lahar dan debu, Puncak gunungnya telah runtuh hanyut terbawa lahar dingin ke daerah sekitarnya, batu dan pasirnya menjadi berkah yg tidak habis2nya untuk ditambang.

Pada saat letusan tsb, sebuah Jumbo Jet Boeing 747 British Airways Sidney- London BA-009 yg sedang melintas diselatan Jabar di ketinggian jelajah 11,000 meter, keempat mesinnya mati tiba2 pada saat yg hampir bersamaan, menghisap debu Galunggung, jatuh ke ketinggian 4,000 meter dlm waktu 16 menit; namun menit2 terakhir berhasil dihidupkan kembali dan mendarat darurat di Soekarno Hatta dan kembali diterbangkan setelah mengganti seluruh mesinnya dan winshield yg tergores berat debu2 silika. Sebulan kemudian SQ Flight memasuki awan galunggung, ketinggian jatuh ke 2400 meter, 3 dari 4 mesinnya mati, beruntung satu mesin berhasil dihidupkan, dan mendarat dgn selamat.

Saat ini Gunung Galunggung sedang dlm keadaan tidur lelap, sehingga dpt. Didekati dgn aman. Menilik sejarahnya, siklus berikutnya mungkin 43 tahun lagi.. Kepundan Galunggung saat ini sudah diberi 620 anak tangga utk menggapi 200m sisa ketinggianya dari tempat parkir terakhir. Dari bibir kawah, kota Tasik terlihat jelas berada di sebelah timurnya. Sejauh mata memandang terlihat pepohonan berwarna hijau, dgn batangnya yg nampak masih kecil2. Memandang kearah dalam, dpt disaksikan 40 ha danau baru bentukan letusan 1982 berwarna kehijauan.

Air danau dijaga tidak melebihi 1 juta m3 dgn mengalirkan sisanya melalui terowongan pelimpah ke sungai Cibanjaran dan Cikunir di timur kaldera. Tanpa campur tangan manusia ini, dinding kawah bisa jebol membuat air bah dahsyat spt. yg pernah terjadi di G. Kelud di Kediri ditahun 1920-an. Air sungai yg cukup hangat, bisa dinikmati di pemandian bernama Cipanas atau sungainya yg berada 3km sebelum kawah tak jauh dari tempat parkir bawah.

Dinding kaldera berbentuk tapal kuda. Dari kedua ujungnya kita bisa turun ke dasar kaldera dgn hati2. Di lantai kawah, selain danau juga terdapat aliran sungai dgn batu batuan yg sebesar kepala kerbau berserakan dimana-mana. Salah satu tempat yg dituju didasar kaldera adalah sebuah Mesjid yg berada kira2 2 km di ujung selatan dekat dinding kawah baru. Dibelakang mesjid tsb. terdapat semacam gua kecil, tempat bermeditasi. Di dasar kawah, di pinggir danau, di sepanjang sungai yg mengalir ataupun didekat Masjid, adalah tempat yg biasa dipakai utk berkemah.

Untuk mencapai kawah Galungggung tdk terlalu sulit, dari tepi jalan Bandung-Tasikmalaya tepatnya di kawasan Indihiang belok kanan kearah selatan, menempuh 15km jalan desa yg agak sempit bercabang-cabang tanpa plang penunjuk jalan yg jelas, cukup membingungkan pada awalnya, jadi harus sering bertanya. Juga akan sering berpapasan dgn truk pasir yg kadangkala salah satu kendaraan harus mundur krn di bbrp bagian jalan dan belokan yg sempit.














                gunung galunggung menggeliat



 
Tasikmalaya: Gempa vulkanik Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami peningkatan pada di Oktober ini dibandingkan September lalu. "Bulan September tercatat empat kali gempa, sedangkan memasuki akhir Oktober 2010 menunjukan peningkatan yang sudah tercatat 34 kali gempa vulkanik," kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Api, Gunung Galunggung, Heri Supartono, di Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (28/10)..

Meskipun mengalami peningkatan, menurut Heri, hasil kajian pengamatannya itu masih dalam batas normal, bahkan objek wisata Gunung Galunggung masih aman dikunjungi wisatawan. "Objek Cipanas Galunggung dari hasil pengukuran suhu air di tiga tempat kawasan gunung Galunggung hanya mencapai 55 derajat dan 62 derajat sehingga dinyatakan normal dan aman bagi pengunjung," katanaya.

Dikatakan Heri, pihaknya akan terus melaporkan setiap perubahan kepada pemerintah daerah. Namun, ia menyayangkan hilangnya jalur lahar dan kawasan menampung lahar dingin akibat dampak dari galian C atau penambangan pasir. Padaahal, gunung itu masih aktif

Jika waktu yang tidak dipastikan terjadi letusan, menurut Heri, penanganan bencananya tidak jelas. Bahkan tidak ada jalur evakuasi dan kawasan pengungsian. "Saya berharap pemerintah daerah mampu memberikan kebijakan dan mengendalikan keadaan disana, kemudian rencana penanganan bencana pun disusun dengan baik

Gempa Skala Kecil Gunung Galunggung Meningkat

Tasikmalaya (ANTARA News) - Gempa vulkanik Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami peningkatan pada di bulan Oktober dibandingkan bulan September 2010 dengan skala kecil.

Ketua Pos Pengamatan Gunung Api, Gunung Galunggung, Heri Supartono kepada wartawan, Kamis, mengatakan bulan September tercatat empat kali gempa, sedangkan memasuki akhir Oktober 2010 menunjukan peningkatan yang sudah tercatat 34 kali gempa vulkanik.

Meskipun mengalami peningkatan, menurut dia dari hasil kajian pengatannya masih dalam batas normal, bahkan objek wisata Gunung Galunggung aman dikunjungi wisatawan.

"Memang ada peningkatan gempa vulkanik, tapi untuk objek wisata Gunung Galunggung aman dikunjungi," katanya.

Ia menjelaskan objek cipanas Galunggung dari hasil pengukuran suhu air di tiga tempat kawasan gunung Galunggung hanya mencapai 55 derajat dan 62 derajat sehingga dinyatakan normal dan aman bagi pengunjung.

Hasil dari pengamatan keaktifan Gungung Galunggung, kata Heri pihaknya terus melaporkan setiap terjadi perubahan kepada pemerintah daerah.

"Hasil pengukuran suhu air ternyata masih normal dan dipastikan statusnya normal," katanya.

Namun, ia menyayangkan kawasan Gungung Galunggung yang statusnya aktif kondisi sekitarnya memprihatinkan seperti jalur lahar dan kawasan menampung lahar dingin sudah tidak ada akibat dampak dari galian C atau penambangan pasir.

Jika waktu yang tidak dipastikan terjadi letusan, menurut dia penanganan bencana di Gunung Galunggung tidak jelas dalam penanganan seperti tidak adanya jalur evakuasi dan kawasan pengungsian.

Ia berharap pemerintah daerah mulai menyusun rencana penanganan bencana letusan Gunung Galunggung dengan baik, sehingga suatu waktu terjadi dapat ditangani dengan baik.

"Saya berharap pemerintah daerah mampu memberikan kebijakan dan mengendalikan keadaan disana, kemudian rencana penanganan bencana pun disusun dengan baik

kata orang :

TASIKMALAYA: Gunung Galunggung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mengalami peningkatan gempa vulkanik skala kecil di bulan Oktober dibandingkan September 2010.

Ketua Pos Pengamatan Gunung Api, Gunung Galunggung, Heri Supartono kepada wartawan,  mengatakan bulan September tercatat empat kali gempa, sedangkan memasuki akhir Oktober 2010 menunjukkan peningkatan yang sudah tercatat 34 kali gempa vulkanik.

Meskipun mengalami peningkatan, menurut dia, dari hasil kajian peningkatannya masih dalam batas normal, bahkan objek wisata Gunung Galunggung aman dikunjungi wisatawan.

"Memang ada peningkatan gempa vulkanik, tapi untuk objek wisata Gunung Galunggung aman dikunjungi," katanya.

Dia menjelaskan objek Cipanas Galunggung dari hasil pengukuran suhu air di tiga tempat kawasan gunung Galunggung hanya mencapai 55 derajat dan 62 derajat sehingga dinyatakan normal dan aman bagi pengunjung.

Hasil dari pengamatan keaktifan Gunung Galunggung, kata Heri, pihaknya terus melaporkan setiap terjadi perubahan kepada pemerintah daerah.

"Hasil pengukuran suhu air ternyata masih normal dan dipastikan statusnya normal," katanya.

Namun, ia menyayangkan kawasan Gungung Galunggung yang statusnya aktif kondisi sekitarnya memprihatinkan seperti jalur lahar dan kawasan menampung lahar dingin sudah tidak ada akibat dampak dari galian C atau penambangan pasir.

Jika waktu yang tidak dipastikan terjadi letusan, menurut dia, penanganan bencana di Gunung Galunggung tidak jelas dalam penanganan seperti tidak adanya jalur evakuasi dan kawasan pengungsian.

Heri Supartono berharap pemerintah daerah mulai menyusun rencana penanganan bencana letusan Gunung Galunggung dengan baik, sehingga suatu waktu terjadi dapat ditangani dengan baik.

"Saya berharap pemerintah daerah mampu memberikan kebijakan dan mengendalikan keadaan disana, kemudian rencana penanganan bencana pun disusun dengan baik,

Sejarah Tasikmalaya

                                  Sejarah Tasikmalaya

                                                                     Masa sebelum Islam  
 Dimulai pada abad ke VII sampai abad ke XII di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Tasikmalaya, diketahui adanya suatu bentuk Pemerintahan Kebataraan dengan pusat pemerintahannya di sekitar Galunggung, dengan kekuasaan mengabisheka raja-raja (dari Kerajaan Galuh) atau dengan kata lain raja baru dianggap syah bila mendapat persetujuan Batara yang bertahta di Galunggung. Batara atau sesepuh yang memerintah pada masa abad tersebut adalah sang Batara Semplakwaja, Batara Kuncung Putih, Batara Kawindu, Batara Wastuhayu, dan Batari Hyang yang pada masa pemerintahannya mengalami perubahan bentuk dari kebataraan menjadi kerajaan.
Kerajaan ini bernama Kerajaan Galunggung yang berdiri pada tanggal 13 Bhadrapada 1033 Saka atau 21 Agustus 1111 dengan penguasa pertamanya yaitu Batari Hyang, berdasarkan Prasasti Geger Hanjuang yang ditemukan di bukit Geger Hanjuang, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya. Dari Sang Batari inilah mengemuka ajarannya yang dikenal sebagai Sang Hyang Siksakanda ng Karesian. Ajarannya ini masih dijadikan ajaran resmi pada jaman Prabu Siliwangi (1482-1521 M) yang bertahta di Pakuan Pajajaran. Kerajaan Galunggung ini bertahan sampai 6 raja berikutnya yang masih keturunan Batari Hyang.
Periode selanjutnya adalah periode pemerintahan di Sukakerta dengan ibukota di Dayeuh Tengah (sekarang termasuk dalam Kecamatan Salopa, Tasikmalaya), yang merupakan salah satu daerah bawahan dari Kerajaan Pajajaran. Penguasa pertama adalah Sri Gading Anteg yang masa hidupnya sejaman dengan Prabu Siliwangi. Dalem Sukakerta sebagai penerus tahta diperkirakan sejaman dengan Prabu Surawisesa (1521-1535 M) Raja Pajajaran yang menggantikan Prabu Siliwangi.

      Masa kedatangan Islam
Pada masa pemerintahan Prabu Surawisesa kedudukan Pajajaran sudah mulai terdesak oleh gerakan kerajaan Islam yang dipelopori oleh Cirebon dan Demak. Sunan Gunung Jati sejak tahun 1528 berkeliling ke seluruh wilayah tanah Sunda untuk mengajarkan Agama Islam. Ketika Pajajaran mulai lemah, daerah-daerah kekuasaannya terutama yang terletak di bagian timur berusaha melepaskan diri. Mungkin sekali Dalem Sukakerta atau Dalem Sentawoan sudah menjadi penguasa Sukakerta yang merdeka, lepas dari Pajajaran. Tidak mustahil pula kedua penguasa itu sudah masuk Islam.
Rakeyan Mundinglaya
SILIWANGI I Rd. Samadullah Surawisesa Mundinglayadikusumah Sri Paduka Maharaja Prabu Guru Gantangan Sang Sri Jaya Dewata / Ki Ageng Pamanah Rasa / Sunan Pagulingan / Kebo Kenongo / Rd. Kumetir / Layang Kumetir
Rakeyan Mundingwangi
SILIWANGI II Rd.Salalangu Layakusumah Sri Paduka Maharaja Prabu Guru Dewata Prana Sang Prabu Guru Ratu Dewata / Kebo Anabrang ?
Rakeyan Mundingsari /Mundingkawati
SILIWANGI III Tumenggung Cakrabuana Wangsa Gopa Prana Sang Prabu Walangsungsang Dalem Martasinga Syekh Rachmat Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati I Ki Ageng Pamanahan / Kebo Mundaran ?

     Masa kedatangan Belanda
Periode selanjutnya adalah pemerintahan di Sukapura yang didahului oleh masa pergolakan di wilayah Priangan yang berlangsung lebih kurang 10 tahun. Munculnya pergolakan ini sebagai akibat persaingan tiga kekuatan besar di Pulau Jawa pada awal abad XVII Masehi: Mataram, Banten, dan VOC yang berkedudukan di Batavia. Wirawangsa sebagai penguasa Sukakerta kemudian diangkat menjadi Bupati daerah Sukapura, dengan gelar Wiradadaha I, sebagai hadiah dari Sultan Agung Mataram atas jasa-jasanya membasmi pemberontakan Dipati Ukur. Ibukota negeri yang awalnya di Dayeuh Tengah, kemudian dipindah ke Leuwiloa Sukaraja dan "negara" disebut "Sukapura".
Pada masa pemerintahan R.T. Surialaga (1813-1814) ibukota Kabupaten Sukapura dipindahkan ke Tasikmalaya. Kemudian pada masa pemerintahan Wiradadaha VIII ibukota dipindahkan ke Manonjaya (1832). Perpindahan ibukota ini dengan alasan untuk memperkuat benteng-benteng pertahanan Belanda dalam menghadapi Diponegoro. Pada tanggal 1 Oktober 1901 ibukota Sukapura dipindahkan kembali ke Tasikmalaya. Latar belakang pemindahan ini cenderung berrdasarkan alasan ekonomis bagi kepentingan ...


Monday, July 25, 2011

Silsilah Bupati Sukapura

SILSILAH PARA BUPATI SUKAPURA DARI DINASTI WIRADADAHA DAN KETURUNANNYA

1. Raden Ngabehi Wirawangsa, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha I, dipanggil Dalem Pasir Beganjing, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja (!641 – 1674)
2. Raden Djajamanggala, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha II, dipanggil Dalem Tamela, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja (1674)
3. Raden Anggadipa I, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha III, dipanggil dalem Sawidak, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja (1674 – 1723)
4. Raden Subamanggala, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha IV, dipanggil Dalem Pamjahan, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja (1723 – 1745)
5. Raden Secapati, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha V, dipanggil Dalem Srilangka, berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja, (1745 – 1747)
6. Raden Jaya Anggadireja, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha VI, dipanggil Dalem Siwarak (1747 – 1765), berkedudukan di Leuwiloa, Sukaraja.
7. Raden Djajamanggala II, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha VII, dipanggil Dalem Pasirtando (1765 – 1807), berkedudukan di Empang, Sukaraja.
8. Raden Anggadipa II, bergelar Raden Tumenggung Wiradadaha VIII, dipanggil Dalem Sepuh (1807 – 1837), berkedudukan di Manonjaya.
9. Raden Tumenggung Danudiningrat (1837 – 1844), berkedudukan di Manonjaya
10. Raden Tumenggung Wiratanubaya, dipanggil Dalem Sumeren (1844 – 1855), berkedudukan di Manonjaya.
11. Raden Tumenggung Wiraadegdana, dipanggil Dalem Bogor (1855 – 1875), berkedudukan di Manonjaya.
12. Raden Tumenggung Wirahadiningrat, dipanggil Dalem Bintang (1875 – 1901), berkedudukan di Manonjaya.
13. Raden Tumenggung Prawirahadiningrat (1901 – 1908) berkedudukan di Tasikmalaya.
14. Raden Tumenggung Wiratanuningrat (1908 – 1937), berkedudukan di Tasikmalaya. Di masa pemerintahan ini, tepatnya 1 Januari 1913 Kabupaten Sukapura diganti nama menjadi Kabupaten Tasikmalaya.


SEJARAH KARAWANG

 

Pada zaman Kerajaan Padjadjaran yang dipimpin oleh Sri Baduga Maha Raja, Karawang merupakan salah satukota dari Pajajaran yang merupakan kota Pelabuhan di tepi Sungai Citarum. Bupati Pertama adalah Adipati Kertabumi IV yang dikenal Singaperbangsa yang secara turun temurun menjabat Bupati Karawang, pernah menjadi sebagai bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan Mataram dan pemerintah Hindia Belanda sampai datangnya kekuasaan Inggris. Pada masa Pemerintahan Inggris (tahun 1811-1816)
Kabupaten Karawang dihapuskan dan baru dihidupkan kembali sekitar tahun 1820 dan Bupati pertamanya R.A.A. Surianata. Sejarah kedudukan Ibu Kota Kabupaten Karawang adalah :
  1. Kabupaten Karawang dengan Ibu Kotanya di Karawang dari tahun 1653-1819 (166) tahun
  2. Kabupaten Karawang Ibukotanya di Wanayasa dari sekitar tahun 1820-1830 (10) tahun
  3. Kabupaten Karawang dengan Ibukotanya di Purwakarta dari tahun 1830-1449.Melalui keputusan Wali Negara Pasundan tanggal 29 Januari 1949 Nomor 12 Kabupaten Karawang dipecah menjadi 2
  4. yaitu Karawang Barat dengan Ibu Kota Karawang dan Karawang Timur menjadi Kabupaten Purwakarta dengan Ibu kota di Subang
  5. Dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Barat tahun 1950. Karawang secara resmi dinyatakan sebagai Kabupaten yang berdiri sendiri dengan Ibukota di Karawang
Saat ini Kabupaten Karawang dibagi atas 3 Kewedanaan, 12 Kecamatan dan 112 Desa dan ditetapkan bahwa Kabupaten Karawang didirikan pada tahun 1633 Masehi. Sekarang Karawang telah terbagi menjadi 30 Kecamatan dan terdiri dari 309 Desa.